Tiga Elemen Utama Islam Berkemajuan
MUHAMMADIYAH.OR.ID, MEDAN—Tagline “Islam Berkemajuan” kini telah berusia 12 tahun sejak pertama kali diusung dalam Muktamar Muhammadiyah ke-46 tahun 2010 di Yogyakarta. Sejak itu ungkapan ini telah menjadi wacana publik. Menurut Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir, tagline ini setidaknya mengandung tiga elemen utama: kemajuan, kemodernan, dan profesionalitas.
Frasa Kemajuan telah menjadi substansi sekaligus karya Muhammadiyah dalam usia 109 perjalanannya. Berlandaskan pada ajaran Islam dengan pendekatan interkonektif bayani, burhani, dan irfani, serta tidak lupa mengembangkan potensi ijtihad terutama dalam ranah muamalah duniawiyah. Tujuannya adalah mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Karenanya, Muhammadiyah akan senantiasa menebar rahmat sekalian alam semesta.
Bagi Haedar, Islam bukan hanya menjadi pondasi nilai, tetapi juga membawa kemajuan hidup. Hal ini dapat diwujudkan dengan amaliyah nyata. Di lingkungan persyarikatan, Islam menjadi inspirasi utama dalam membangun sejumlah amal usaha baik di bidang kesehatan, pendidikan, maupun layanan-layanan sosial-kemasyarakatan lainnya.
“Itulah spirit Islam yang menjadi pondasi kami (Muhammadiyah). Bukan hanya pada periode ini, tapi sudah sejak KH. Ahmad Dahlan hingga kini. Bahwa kita sebagai gerakan Islam selalu mendasarkan orientasi gerakannya pada Al Quran dan Al Sunah serta ijtihad,” tutur Haedar dalam acara Pelantikan Rektor dan Peresmian Gedung Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara pada Selasa (23/05).
Selain kemajuan, elemen penting dari Islam Berkejamuan adalah kemodernan. Muhammadiyah menonjol watak kemodernannya. Para pengkaji Islam Indonesia menyebutnya gerakan modernis dan reformis. Bila disebut modernisme dan reformisme Islam, julukan itu ditujukan pada Muhammadiyah. Saat pandemi melanda, Muhammadiyah semakin membuktikan dan menguatkan dirinya sebagai gerakan Islam modern.
Sebagai gerakan modern, Muhammadiyah akan senantiasa bergerak berdasarkan al-Qur’an dan al Sunah, dengan menggunakan tafsir-tafsir modern yang berwatak kekinian. Hal ini diperlihatkan oleh KH. Ahmad Dahlan saat mengajari murid-muridnya Surat Al-’Ashr selama delapan bulan. Meski digolongkan sebagai surah pendek, kata Haedar, surah ini memiliki makna yang mendalam. Mengutip Imam Syafii bahwa seandainya setiap manusia merenungkan surat ini, niscaya hal itu akan mencukupi untuk mereka. Makna utama dari Surah Al-‘Ashr adalah ajakan agar umat Islam selalu aktual dan adaptif terhadap perkembangan zaman dan tempat.
Selain itu, salah satu pemikiran KH. Ahmad Dahlan yang melandasi etos sosialnya ialah Al-Qur’an surat Al-Maun. Surat Al-Ma’un hasil pemikiran Kiai Dahlan ini menjadi ide penggerak organisasi Muhammadiyah selama bertahun-tahun. Menurut Haedar Nashir, inti daripada Al Maun ini adalah ibadah ritual itu tidak ada artinya jika pelakunya tidak melakukan amal sosial.
“Tugas kita adalah beradaptasi dan hidup di tengah modernitas ini dengan prinsip-prinsip Islam, dengan karakter-karakter Islam tetapi Islam yang mampu bergandengan dengan perubahan zaman. Inilah yang dicontohkan KH. Ahmad Dahlan,” kata Haedar.
Elemen utama Islam berkemajuan yang terakhir ialah profesionalitas. Menurut Haedar, profesional artinya keahlian dalam membangun sesuatu demi kemasalahatan bersama sekaligus memiliki kepribadian yang bertanggungjawab, adil, dan amanah. Profesionalisme menjadi salah satu kekuatan Muhammadiyah dalam membangun amal usaha dan lain-lain.
“Orang profesional berarti orangnya ahli. Karena apa? Bencana akan terjadi orang yang tidak tahu diberi amanah. Maka Muhammadiyah paling gelisah kalau di dalam struktur negara, lingkungan sendiri, itu tidak didasari oleh profesionalitas,” terang Haedar.
Sumber : https://muhammadiyah.or.id/tiga-elemen-utama-islam-berkemajuan/