Jangan Biarkan Anak Muda Menjauh dari Agama
MUHAMMADIYAH.OR.ID, BANDUNG—Memiliki kekuatan tubuh yang prima, namun penuh dengan pergolakan dan problematika hidup adalah ciri utama masa remaja. Fase ini disebut-sebut sebagai masa proses pencarian jati diri. Pada masa ini begitu banyak godaan dan tarikan perbuatan yang serta tidak menentu dan tidak jelas, hingga terkadang mereka berani jauh dari ajaran agama.
“Kenapa kita harus khawatir karena remaja banyak menghabiskan waktu di gagdet mereka, lebih dari 8 jam perhari. Hobi mereka bermain game. Mereka juga kurang suka berkumpul dalam kajian keislaman konvensional,” ujar ketua PP Muhammadiyah Dadang Kahmad dalam acara Gerakan Subuh Mengaji yang diselenggarakan Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah Jawa Barat pada Ahad (23/01).
Dadang kemudian menampilkan data dari hasil sensus penduduk yang digelar Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2020. Dari hasil survei sepanjang Februari-September 2020 itu didapati jumlah generasi Z (lahir 2000-2015) mencapai 75,49 juta jiwa atau setara dengan 27,94 persen dari total populasi berjumlah 270,2 juta jiwa. Sementara, generasi Y/milenial (lahir 1980-2000) mencapai 69,90 juta jiwa atau 25,87 persen.
Dadang menerangkan karakteristik kedua generasi ini. Menurutnya, generasi Y lahir ketika era teknologi digital, banyak menghabiskan waktu di ruang digital, kurang bersosialisasi, sulit bergaul namun sangat aktif di media sosial. Sementara generasi Z lahir ketika teknologi sudah menjadi gaya hidup, sejak kecil telah akrab dengan dunia digital, tidak menyukai proses yang panjang, individualistis sehingga aktivitas fisik cenderung rendah.
Dosen Universitas Islam Negeri Sunan Gunungdjati ini kemudian menampilkan data bahwa sebanyak 72 persen remaja di Indonesia menanyakan ihwal agama kepada orangtua mereka. Lingkungan keluarga menjadi tempat untuk bertanya tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan agama. Sisanya, 8.1 persen dengan membaca buku; 6,7 persen bertanya pada pemimpin agama; dan 6,2 persen pemikiran pribadi.
Pakar Sosiologi Agama ini kemudian menyarankan beberapa solusi bagi dakwah Muhammadiyah, di antaranya: 1) membuat perhatian yang fokus terhadap keberagamaan remaja melalui IPM, IMM, PPM, dan NA; 2) membuat task force untuk dakwah di kalangan remaja khususunya gen X, Z, dan post Z; 3) mengevaluasi dan merekonstruksi pelajaran Ismuba dan AIK di PTMA; 4) memaksimalkan peran Majelis Tabligh, MPI, dan LDK untuk membuat konten di berbagai media; dan 5) pembinaan keluarga sakinah harus kembali menjadi perhatian utama.
“Dakwah berbasis keluarga ini menjadi sangat penting. Sesibuk apapun baik aktivitas bisnis atau kegiatan lainnya, jangan sampai kita sebagai orangtua melupakan pembinaan terhadap anak-anak kita,” tegas Dadang.
Sumber : https://tes.ppm.my.id/jangan-biarkan-anak-muda-menjauh-dari-agama/